17 Okt 2010

part 5

Tibalah saatnya aku menginjakkan kakiku di kelas 2 sma. Dan tanpa ku sadari, rasa yang cukup berat itu tak lagi mengganggu pikiranku. Tak sedikitpun aku menghiraukannya lagi. Tak bisa ku percaya, ternyata aku berhasil juga.

Hari pertama aku hadir di sekolah, aku melihat beberapa orang yang sudah aku kenal sebelumnya. Aku melihat Rani, Ester, Vera, semua adalah wanita idamanku waktu SMP dulu. Ester yang dulu satu kelas denganku, yang mengundurkan diri dari sekolah waktu kelas dua, langsung dekat denganku. Karena kami sudah saling kenal sejak SMP dulu. Sedangkan Rani dan Vera hanya biasa-biasa saja waktu itu.

Hari kedua kami masuk, saat masih MOS (masa orientasi siswa), semua anak baru di tugaskan untuk mengumpulkan tanda tangan dari panitia dan kakak kelas. Saat itu, ester yang sudah kenal denganku meminta bantuan padaku. Tanpa merasa terbebani akupun membantunya, dengan menunjukkan siapa-siapa saja panitia MOS, dan kakak kelas. Sehingga banyak temanku mengatakan aku punya gandengan, namun santai aja lagi… meskipun aku sebenarnya tidak tertarik sedikitpun pada dia (ester) lagi. Mungkin rasa suka waktu SMP dulu udah hilang, sebab terakhir aku berjumpa dengannya adalah ketika aku dan teman-temanku pulang dari kabanjahe waktu kelas 3 SMP.

3 hari sudah berlalu, dan tak secuil pun perhatianku pada anna lagi. Tibalah saatnya hari pembagian kelas. Aku masuk ke kelas 2-3, yang katanya kelas untuk siswa yang punya nilai lebih selama kelas satu.

Di hari pertama memasuki kelas 2-3, aku sudah merasa sakit hati pada wali kelas kami, pak E.Ginting. sebab di waktu pembagian tempat duduk, aku di tempatkan di bangku sudut kiri depan kelas itu. Kebencianku semakin memuncak ketika ku ketahui bahwa penyusunan bangku itu adalah atas kerjasama antara pak guru kurang gizi itu bersama anna dan temannya, eva, rajamin, dll..

Di hari-hari sekolah aku tidak pernah konsentrasi belajar. Padahal aku sudah bertekad untuk unjuk kemampuan pada teman-temanku. Itu karena posisi bangku yang tidak memadai. Sejak saat itu aku menjadi benci dan sangat benci pada guru-guru, teman-teman sekelas, terlebih yang merendahkan aku. Aku di cap tukang rebut, dan bodoh.. dan di lecehkan. mereka tak tau itu hanya membuat mereka tak lebih berharga dari sampah di mataku.. aku benci pada mereka semua.

Akhirnya ku putuskan untuk hanya fokus pada mata pelajaran yang penting buatku nanti. Yaitu geo,eko,akun, dan pelajaran IPS lainnya. Aku menjadi orang paling angkuh di kelasku saat itu, 2-3. aku lebih sering bergaul dengan kakak kelasku daripada teman sekelasku, sebab tak satu pun yang memiliki nilai di hadapanku. Aku tak mau bergaul dengan mereka. Aku hanya bergaul dengan dua teman setiaku, shanro dan jana. Yang kemudian aku juga menjadi dekat dengan teman jana, fery siman.

Romy pindah sekolah ke medan di kenaikan kelas ke kelas 2 waktu itu. Aku tak punya teman yang sejiwa denganku sejak saat itu. Aku sering terlibat emosi di kelas itu. Dan ingin kelas 2 cepat berlalu..

Banyak saat-saat dimana aku di asingkan dari mereka. Teman-teman sekelas menganggapku sombong, tinggi hati, sok, dll.. mereka tak tau bahwa hanya pada mereka lah aku bersikap seperti itu.. dan itu karena mereka juga..

Rasa benciku juga sampai pada sosok gadis yang ku suka selama ini, anna maria. Tak jarang aku membuat dia membenciku. Setiap kali mereka membutuhkan bentuanku, aku selalu menolak dengan sadis. Dan kata-kataku selalu ku usahakan sekejam mungkin. Akhirnya lengkap sudah anggapan mereka, semua menganggapku sombong, tinggi hati, sok, alllaaaaaaaa….. ntah apa komentar mereka, yang penting itu membuatku senang.,

Di kelas dua aku ikut sebagai pembawa trio drum untuk drum band sekolah. Kami selalu latihan sore hari agar tidak mengganggu kegiatan sekolah. Ketepatan waktu itu bang joy membawa sepeda motor tiger nya pulang dan mereka masih libur. Jadi aku membawanya ke sekolah, sekalian pamer… ce’ile… haha..

Waktu itu anna juga ikut sebagai mayoret, tak ada sesuatu hal yang mengundang perhatianku padanya. Hari-haripun berlalu begitu saja tanpa ada kisah antara kami. Tibalah saatnya kami merayakan 17-an. Sekitar jam setengah 8 pagi aku sudah sampai di rumah hendra, tempat kami biasanya nongkrong. Tapi… alangkah sialnya, ban sepeda motorku bocor.. aku harus meninggalkannya di bengkel. Dan kami pun jalan kaki ke sekolah. Setelah upacara selesai, aku pun langsung mengambil sepeda motorku dari bengkel. Tanpa banyak bicara kami pun pergi ke terjun untuk jalan-jalan, bersama jonatan, jasoman, dan jana. Sesampainya di situnggaling, tanpa di duga menyusul pula beberapa gadis-gadis smu kami. Di antaranya adalah pacar jonathan, vetro. Dan juga rani, gadis yang ku suka waktu SMP dulu. Tak perlu di Tanya kenapa dan bagaimana, aku dan rani pun langsung sepakat untuk pergi berdua, dan meninggalkan yang lain..

Namun perjalanan itu terasa singkat, mungkin butuh dua hari agar kami merasa puas, hehe.. tak terasa hari sudah sore, dan kami basah semua karena turun ke bawah dan pergi ke dekat dasar air terjun tsb. Kira-kira jam 5 sore, kami pun mengakhiri “perayaan” itu. Namun tak banyak yang bisa di ingat, sebab kami kebanyakan diam waktu itu. Namun aku mengenangnya sebagai hari yang benar-benar ajaib. Sebab dia yang ku suka bertahun-tahun yang lalu bisa tertawa bersamaku saat itu. Dan tentu saja, waktu pulang aku tak lagi bersama dengan temanku pergi dari saribudolok, tapi hanya berdua bersama… ya, tepat, aku pulang bersama dia..

Aku begitu menikmati perjalanan pulang itu, meski tak banyak yang kami bicarakan. Yang ada dalam pikiranku hanyalah mengingat bagaimana sakitnya waktu aku sangat menyukai dia waktu SMP dulu. Sesampai di saribudolok, tepatnya di depan BRI, aku di sapa oleh seseorang, tapi tanpa kata-kata. Hanya tangannya yang ku lihat waktu itu. Aku tak melihat ke belakang, dan seperti biasa.. cuek azza… Setelah aku mengantarnya pulang ke rumahnya, aku pun langsung balik ke rumah..

Esok harinya, waktu kami kembali sekolah, si anna menegurku, “ sombong kali kau semalam” katanya. Setelah berbicara sedikit, baru aku tau, tenyata yang menyapaku waktu pulang dari terjun bersama Rani adalah dia.

Aku pun langsung mendapat kata-kata “biasa” dari teman sekelasku. Karena banyak diantara mereka yang melihatku bersama Rani yang “basa-basahan” pulang dari terjun. Reaksiku jangan di Tanya lagi, ya… santai aja lagi.. aku tetap enjoy meskipun mendapat ledekan dari beberapa spesies tak jelas di kelasku.

Waktu itu kak Roy udah mulai kuliah semester satu di Universitas Sumatera Utara, Fakultas Ekonomi, Jurusan Ekonomi Pembangunan. Jadi tinggal aku, ke dua adikku, dan ke dua orang tuaku yang tinggal di rumah. Bang Joy masih tinggal di Jln. Berdikari di belakang rumah pak uda Jeriko. Dan Kak Roy tinggal bersama pak uda Jeriko.

Begitu kak Roy mulai kuliah, saat itu juga perekonomian Ayah mulai menurun, diikuti dengan kenaikan harga minyak, dan perekonomian yang tidak jelas. Perdagangan mulai lesu dan ayah sering mengeluh.. kasihan Ayah. Hanya minum tuak lah obat yang bisa meringankan beban yang dipikulnya. Ia harus membiayai kuliah kakak dan abang saya. Biaya kak Roy memang tak terlalu mahal karena dia kuliah di Negeri. Biaya kuliah bang Joy lah yang menjadi beban utama, karena dia kuliah di Swasta. Kebanyakan penjualannya rugi, smentara utang di Bank masih ada sekitar 350 juta lagi, ditambah biaya kuliah yang harus ditanggungnya. Usaha tidak jalan dan hanya dari tanaman jipang kami yang membiayai untuk membeli beras. Ku mengerti, jalan kami mulai redup, hanya akan bisa bertahan, itupun harus dengan perjuangan ekstra keras. Tetap berjuang Yah., Keep spirit..


Begitulah hari berganti hari, bulan berganti bulan, saat itu ku tahu bahwa si Anna pacaran dengan si Rio, anak dari pengusaha Keyboard dan Photo Julya N, di saribudolok. Paahal sebenarnya mereka adalah “marbotou” (satu marga), yang sebenarnya di larang berpacaran. (dasar bodoh ya….???) Tapi aku sich diam-diam azza., lagi-lagi ga ada yang menarik..

Di pertengahan kelas dua, aq memulai satu cerita singkat, yaitu dengan adik kelasku, Devi yanti Br Bangun. Aku mulai menanyakan tentang dia pada teman satu kelasnya., hingga dua minggu kemudian, tepatnya tanggal 3 juni 2005, aku berhasil jalan bareng ama dia pulang sekolah. Walaupun agak memalukan dikit.. soalnya pertama kali jalan, aku menyuruh Jana untuk membawa sepeda motorku pulang setelah dia menurunkan aku persis di samping si Devi di jalan pulang sekolah. Saat pertama berbicara, aku begitu gugup. Dia menanyakan., “apa bang?” aku menjawab dengan bibir bergetar., “ng..ng..gak, C..Cuma mau k..kenal ama k..kamu”, aku begitu maluuuuuuu sekali, tak kusangka aku begitu grogi. “kok kemaren gak jadi? Padahal kan udah janji?” katanya, karena aku memang udah bilang pada temannya untuk ketemu ama dia dua hari sebelumnya. “aku Cuma takut” jawabku singkat masih dengan bibir bergetar. “aku kan gak makan orang, kenapa harus takut?” katanya lagi. Ku mulai mengalihkan pembicaraan dengan sedikit “wawancara” dengannya. Mulai dari kampungnya, keluarganya, dan lain-lainnya. Begitulah sampai di simpang asrama putri, kami pun mengakhiri pembicaraan dan berpisah. Soal mendengar ledekan dari teman-teman di warung si jana, sudah ku persiapkan 10 meter sebelum sampai di sana.

Namun kisah bersamanya hanya berlangsung selama 3 hari, karena kupikir aku “salah pilih” 

Kira-kira 1 minggu setelah “kejadian” itu,tanggal 9 juni 2005, aku sedikit dikejutkan oleh Lasmaida, teman Anna. Sewaktu jam belajar ke 4 dan 5, kami tidak masuk. Jadi kami satu kelas di luar semua. Dia tiba-tiba memanggilku dari samping lapangan volley wanita, dan mengajak basa-basi sebentar. Tapi bukan itu yang membuatku terkejut. Dia menyatakan cintanya padaku., aku sedikit ge-er, heran, takut, atau apalah… yang penting mulutku bungkam. Dia menyatakan dengan serius., setelah beberapa menit, ku jawab “aku ga bisa jawab sekarang, biarkan waktu menjawabnya. Karena kamu juga teman Devi, dia begitu berharap padaku setelah aku mendekatinya. Kamu aneh, padahal kamu sudah tahu cerita tentang kami” jawabku sedikit kasar. “tapi aku benar-benar menyukaimu, lagian kalian belum jadian..” jawabnya serius. “terserah lah.. aku ga bisa bilang tidak, dan belum bisa bilang ya,,, jadi biarkan waktu menjawab cintamu.,” tuturku sambil pergi menjauh.. “tapi jangan sakiti hatiku ya..” balasnya sambil tetap berdiri di tempatnya. Namun sejak saat itu, aku berubah pikiran. Aku jadi bersifat dingin kepada Lasma, dan juga Devi. Ada perobahan dalam hatiku, aku jadi merasa kurang senang melihatnya, dan juga pada Devi, entah apa yang membuatku begitu, mungkin itu lebih baik. Daripada aku harus memilih, dan melukai perasaan seseorang.. Aku memilih diam dan tak ada suatu hal yang mengharuskan kami berkomunikasi. Hingga memupuskan harapan mereka terhadapku.

Tiga hari berlalu, aku tak ingat persis apa sebabnya aku dan Anna berada di depan kelas berdua, dia berjarak 4 meter di sebelah kiriku. Dia memulai conversation, “kau gak ngomongan ama lasma ya?” “kenapa kau Tanya begitu” balasku bertanya. “katanya dia menyatakan cintanya samamu., udah lah, main-main nya dia itu, lagian kan kau udah sama si Devi, gak usah lah kau diam-diami dia” lanjutnya. “aku ga merasa mendiami dia, lagian aku memang suka sama Devi, jadi aku ga harus menanggapinya kan?” jawabku sedikit berbohong dan mendusta. “kok gitu kali kau ngomong, udah nyata kau cueki dia., lagian kok kau pilih Devi sih? Bukannya kau lebih cocok sama cewek yang feminim?” Tanya nya sambil jongkok di rumput halaman kelas., menutupi rambutnya dengan topi jaket tipisnya, lalu menggaris-gariskan tangannya di rumput halaman., (ada apa dengan pertannyaannya???) aku diam sebentar., lalu ku jawab singkat “aku suka cewek aneh” sambil berlalu pergi ke lapangan bola di tengah sekolah.

Memang Devi cewek yang tomboy., face yang tembem, namun menarik. Tapi apa yang membuat Anna merasa bahwa aku cocok dengan wanita feminim seperti dia?????

Babarapa minggu kemudian situasi sudah agak membaik. Devi tak lagi berharap aku datang menemui dia sepulang sekolah, aku dan Lasma sudah seperti teman biasa seperti sebelumnya.

Lagi-lagi tak terasa hari barganti hari, bulan berganti bulan, habis sudah masa-masa kelas dua di SMA ku. Sehabis liburan aku begitu semangat menyambut masa-masa kelas 3 SMA ku. Senin 18 juli 2005 Saat itu di mulai dengan hari pertama, saat MOS. Aku kembali bertemu teman-teman di kelas dua. Murid-murid baru terlihat berseliweran seakan mereka pamer dengan pakaian barunya. Namun hari yang menyedihkan segera tiba. Hari ketiga, hari penentuan kelas, ternyata hanya aku dan Rajamin Tarigan yang memilih masuk ke jurusan IPS. Aku begitu sulit untuk menerimanya. Sebab aku jadi begitu sulit untuk mencari teman di kelas.

Jodi, temanku mencuri bola waktu SD dulu, juga tiba-tiba menempakkan batang hidungnya di kelas yang sama denganku. Ternyata dia pindah dari SMA Bintang Timur Pem.Siantar, karena bandel tentunya. “dari mana saja manusia berbulu ini selama ini” pikirku. Dia membawa mobil kijang jantan pick up warna putih dengan bulu tangan agak tebal dan jenggot kambing cirri khasnya. Namun dia sudah berubah, kami tidak begitu kompak. Akhirnya, selama berminggu-minggu aku hanya berteman dengan Abdi Goksen dan Muslim Purba, manusia dari populasi yang sama denganku, Bandar Hinalang Sport.

Di masa kelas tiga SMA ini aku menyimpan begitu banyak kenangan. Aku mulai tertarik dengan teman satu kelasku, Roma Sembiring., wajahnya sedang-sedang saja, rambutnya hitam lurus dan panjang, agak tinggi. Namun tetap saja, aku masih seperti biasanya, diam dan tak seorang pun tahu, karena aku belum ada niat untuk mendekatinya.

Hari-hari ku lalui dengan rutin, biasa-biasa saja, tak ada yang istimewa. Hanya kadang di hari rabu aku meninggalkan sepeda motorku di warung di samping bengkel Aek Sopo. Karena biasanya ada “razia asal ada” di depan puskesmas, dan aku ga mau jadi repot. Pada hari kamis tanggal 28 juli 2005, aku di pindahkan wali kelas R.E. Saragih satu bangku dengan cewek pujaanku, Roma Sembiring. Namun hanya berlangsung 2 menit, aku dipindahkan lagi ke sudut kiri depan kelas.. $#%&*

Di awal semester di kelas 3, “penyakit”ku kumat lagi. Aku begitu rajin bermain judi, main Leng, Remi, Dam, Tuak, merokok. Dll…sampai sampai aku pernah di jemput papa dari kamar anggota gudang di belakang rumah pak uda Pak.juan waktu lagi asyik main leng.. #malunya?!

Pada tanggal 17 agustus 2005, seperti biasa, kami mengadakan acara dengan teman-teman. Sehabis pawai dari tanah lapang kami pergi jalan-jalan ke terjun. Kami semua Jana, Jeje, Siman, dan 5 teman lain pergi kira-kira pukul 01.20 WIB. Tak di sangka tak diduga., di sana kami bertemu dengan anak-anak asrama puteri., aku melihat Devi, yang terakhir kabarnya ku gantung dengan cintaku., hehe.,

Aku tidak menanggapinya, aku cuek aja dan tidak ada conversation bahkan aku berpura-pura tidak melihatnya, meskipun teman-teman memaksaku., tapi aku ga bisa, aku benar-benar tidak bisa. Aku tau dia tersinggung dan sakit hati., tapi apalah dayaku., aku ga bisa mamberinya harapan, itu hanya memperburuk keadaan. “hari yang membingungkan.,” gumamku dalam hati.



Di air terjun sipiso-piso, 17 agustus 2005. Umur : 17 tahun.