17 Okt 2010

part 1

Selasa, 10 juli 2007

Saat ini hatiku seakan di selimuti kegelapan dan kehampaan. Selalu ku berharap bisa mendapat sesuatu yang berarti dalam hidupku. Namun semua bagaikan menghindar dariku. Lama sudah ku berharap dapat mendapatkan yang terbaik dengan melakukan yang terbaik. Namun semua yang tercipta seakan tak dapat ku nikmati. Kehampaan… dan kehampaan..

Sampai saat ini kupercayai aku adalah sebuah pribadi. Aku punya jiwa, itulah jiwaku. Dan aku punya raga yang kupinjam dari Tuhan sebelum aku diturunkan Tuhan dan lahir ke Bumi melalui orang yang bisa menyayangiku.. Masalahnya, apakah aku sudah menjalankan ragaku seperti yang seharusnya? Apakah ragaku melangkah seirama dengan jiwaku? Terlalu sering, aku berusaha menyesuaikan irama jiwaku dengan ragaku. Karena kesadaranku mengatakan ragaku telah berjalan dijalan yang salah, karena irama pribadi kadang terbawa suasana. dan aku sungguh beruntung punya jiwa yang selalu berusaha untuk mengingatkan aku.

Kadang ku bertanya dalam hati, siapakah yang dapat menunjukkan jalan tuk menemukan arti hidup padaku?? Aku punya cita-cita, seperti pada umumnya. Aku hanya ingin menjadi orang yang sukses. Sukses dalam bidang apa, aku belum tau, tapi aku hanya ingin jadi orang sukses, seperti kata hatiku. Ku tak ingin membuang waktu seperti mereka. Tapi apa yang harus ku lakukan? Gelapnya malam tak bisa memberi jawaban, mentari pagi selalu memberi senyum yang sama, angin yang bertiup selalu mengabaikanku, dan takdir selalu menyulitkanku.,.

Aku adalah orang yang pendiam dan suka menyendiri. Aku begitu mencintai ketenangan walau aku sering membuat keributan. Merenung salah satu hobbiku, untuk berkaca sehingga aku tau dimana aku berada dan apa yang harus kulakukan. Tak suka menyusahkan orang lain, tak suka meminta bantuan orang lain, namun suka menilai orang lain. Tidak pandai bergaul, senang membantu orang lain asal tidak terlalu sering. Kadang aku tak bisa menolak penilaian teman, aku egois dan tinggi hati. Memang iya.. tapi tindakan jahat akan bermanfaat baik disituasi tertentu..

Sebelum umur membawaku lebih jauh, ku hanya mampu berdoa,, dan meminta jawaban kepada-Nya. Berharap & berharap, meski ku pahami, Dia hanya mampu memberi petunjuk yang harus ku mengerti. Semenjak aku lahir, senin 07 maret 1988 11.04 WIB hingga sat ini, selasa, 10 juli 2007 12.41 WIB, tlah 19 tahun, 4 bulan , 3 hari & 01.37 jam aku menjalani kehidupan di dunia ini. Hidupku hanya bagai cerita yang tidak punya daya tarik sedikitpun. Benar-benar tidak menarik.,

Teringat jelas saat kira-kira 1,5 tahun sebelum aku memasuki sekolah dasar (SD),tepatnya saat umurku sekitar 4 tahun. saat itu embun pagi menyambutku. Aku tak mengerti apa-apa saat itu. Ayah tercintaku sedang pergi mengantar barang ke Jakarta, dengan truk salah satu pengusaha di kampung. Saat itu aku melihat ke jendela kaca, dan yang kutahu cahaya itu berarti sudah pagi, karena aku belum tau apa arti jam. Perlahan dengan semampuku ku turuni tangga papan yang agak mengerikan bagiku ( karena jarak antar anak tangga agak jauh) dan aku selalu takut jatuh. Lalu ibu tersayang memberi senyum ke padaku. Dia masih memasak sambil menggendong adikku, doriani, yang masih berusia kira-kira 1 tahun lebih. Lalu menyuruhku untuk cuci muka..

Tak lama kami pun pergi ke ladang bersama dengan tiga orang haroan ( pekerja) yang tinggal di rumah kami. Kakak saya, roy dertyanna, dan abang saya, santo joy, pergi sekolah, kakak saya di SD inpres simpang kinalang, dan abang saya di SD donbosco saribudolok.ladang kami sekitar 4 km lebih dari rumah, dan kami harus jalan kaki ke sana. Begitulah hari-hari saya lalui dengan rutin. Kadang kami pulang larut malam dari ladang yang di banua, dan aku selalu ketakutan berjalan dengan ibu pulang dari ladang, jalan pun hampir tak bisa di lihat karena gelapnya.

Kadang aku pergi ke ladang, pagi-pagi buta, menyemprot tanaman bersama pekerja yang tinggal di rumah, marga Sihotang.

Ayahku hanya pulang satu kali dalam 1 minggu. Aku selalu menunggu kedatangannya. Begitu pula dengan abang, kakak dan ibu saya. Berharap ayah membawa oleh-oleh dari Jakarta.

Yang aku ingat, jika dia datang, dia selalu membawa sesuatu,seperti; durian, kadang rambutan, salak dan banyak lagi.kami akan merasa senang jika ayah pulang. Saat itu aku memang tidak tau apa-apa. Tapi saat ini aku tau, bahwa saat itu ibu merasa sedih harus selalu berpisah dengan ayah, ibu selalu khawatir, selalu berdoa, dan memikirkan ayah dan juga kami. Ayah selalu teringat pada kami saat dia berada di jalan., melihat anak orang lain sekolah, dia juga ingin anaknya seperti itu, dia pasrah pada Tuhan, begitu banyak rintangan dan cobaan di jalanan dalam pekerjaannya.,




Jl menuju parapat, 1991. Umur : 3 tahun




Pematang Raya, jan 1991. Umur: 3 tahun


Suatu sore, sepulang dari ladang, aku melihat ayah sudah pulang, mereka sedang memindahkan dua set kursi ke dalam rumah dari loteng, yang di belinya dari Jakarta, yang sekarang menjadi kursi tua yang bolong-bolong yang masih menghuni loteng rumah kami..

Ayahku bukanlah orang yang berpendidikan, tapi tak seorangpun berhak menyebutnya bodoh, tak seorang pun.. begitupun ibu saya, dia bukan yang terbaik. Tapi bagi saya, mereka adalah yang terbaik, dan paling bijaksana. Saya sangat kasihan pada mereka, dengan semua yang mereka alami hingga sekarang. Suatu saat jika aku mampu, aku akan membalas segala pengorbanan mereka. Dulu memang aku tak pernah sadar akan semua itu. Tetapi seiring waktu yang berdendang, alunannya memberitahuku segalanya.,

Suatu waktu ayah membawaku ke purba hinalang menonton pertandingan bola. Aku hanya ingat sedikit. Waktu itu pas hujan dan aku jatuh terjerembab di tanah berlumpur, bajuku pun kotor. Aku terpaksa di titipkan ayah naik mobil sewa ke rumah.,

Tak terasa pagi yang sama kembali menyambutku lagi, tetapi dengan situasi lain. Di pertengahan juli 1994, Saat itu aku harus bergegas, di Bantu abangku, aku memakai baju putih, celana pendek merah, dasi pendek, tas ,dan topi merah yang di beli ibu dari pekan. Aku memulai hari pertamaku untuk sekolah. Aku pergi bersama bang joy, ke SD donbosco saribudolok. Sesampai di sana aku melihat banyak anak yang berpakaian sama seperti aku., dan aku takut., karena aku tak punya teman, tak kenal siapa-siapa, dan bang joy sudah masuk ke kelasnya.,

Kami pun disuruh berbaris, dan menunggu namanya di panggil. Hingga namaku di sebut, jantungku berdetak kencang, dan gugup menjawab “hadir Pak”.. dan berjalan kedepan untuk masuk ke kelas sepeti yang lain. aku duduk di bangku ke empat dari depan, ke dua dari kanan. Hari pertama belajar dimulai. Guru menyuruh murid satu demi satu berdiri untuk menyebutkan nama. Dengan selalu gugup, aku mengikuti perintah guru meniru teman-teman. Tak terasa bel berbunyi pertanda belajar sudah selesai. Lalu kami keluar dari kelas, dan bang joy menemuiku, dan kami pun pulang ke rumah..,

Besoknya hari yang sama datang lagi. Kami berangkat lagi kesekolah, sebelum masuk, bang joy bertanya, “ idingat ho do tempat dudukmu nadari kan?”(masih kau ingat tempatmu semalam kan?) katanya, lalu aku Tanya lagi “ ai lang bisa piddah tempat? Ikkon ijaido gatni?” (nggak bisa pindah tempat? Harus disana nya?) lau dia bilang “alo, ikkon I tempatmu nadari do ho”(ya, harus di tempat duduk semalam nya kau). katanya. Hal pertama yang aku ketahui, bahwa di sekolah tidak bisa ganti-tempat duduk.

Begitulah waktu terus berjalan, Selama itu aku menjadi pemalu, selalu minder, dan di kucilkan oleh teman-teman. Sepatuku selalu cepat rusak, selalu dimarahi jika aku minta diganti. Bajuku selalu kotor, dan tak ada yang memperhatikanku.

Walau begitu aku tak pernah malu berpenampilan begitu, sampai sekarang aku memang bukan orang yang memperhatikan penampilan. Selalu apa adanya walau orang lain malu berteman denganku.

Masih teringat jelas waktu teman sekelasku sering menendangi aku, memukuliku, tanpa bisa ku lawan, karena badanku yang kurus, kecil, dan bodoh. Tak jarang aku menangis mereka buat. Aku malu untuk mengadu sama bang joy. Waktu terus berjalan, hingga beberapa bulan aku di kelas 1 SD, pertama kali aku dapat nilai 10 pada saat latihan menulis A sampai Z dengan rapi. Aku mengenal Romi Commando, yang sampai saat ini adalah sahabatku yang terbaik, yang pada saat itu, waktu ditanya ibu guru berapa kali mandi dalam 1 minggu, dia menjawab “1 kali”..

Hanya beberapa hari aku diantar sama bang joy ke sekolah, hari berikutnya aku belajar sendiri. Bersama dua orang teman sekampungku, julianson dan jekson, kami mulai pergi dan pulang sekolah naik angkot.dan kadang di jemput oleh kakek julianson. Namun sering juga kami pulang dengan jalan kaki, dari saribudolok ke Bandar hinalang, karena ongkos kami habis kami jajankan. Waktu itu aku hanya mendapat uang jajan Rp 300,- aku memanfaatkannya untuk ongkos pergi pulang Rp 200,- dan jajan Rp 100’-. Karena sedikitnya uang jajan, aku sering menghabiskan ongkosku untuk jajan, dan pulang dengan jalan kaki.

Hanya jika ayah pulang dari Jakarta aku mendapat jajan Rp 500,- namun itu hanya sekali seminggu, sebab ayah hanya di rumah sekali dalam seminggu.
Hingga naik kelas dua SD, aku sudah bisa menulis, menghitung, dan membaca.. meski hanya punya 2 orang teman, itupun karena kami satu kampung.



Disamping rumah, sore sepulang dari ladang. 1997. Umur: 9 tahun