17 Okt 2010

part 3

Tak terasa pagi yang baru menyusul lagi. Akhir juni 2000, Aku harus memakai baju patih, topi biru, dan celana pendek biru. Aku sudah kelas 1 SMP. Aku mulai melirik gadis cantik, mulai merasakan jatuh cinta, mulai brutal, dan lain-lain, sebagai efek dari masa “puber”. Yang pertama ku lihat adalah maria ulifa, yang ternyata botou-ku (satu marga denganku), amita, yang ternyata tak menganggapku, dan yang terakhir, ester, yang ternyata tak berani ku mendekatinya.



Pasfoto kelas 1 SMP. 2000. Umur : 13 tahun.

Dan yang terakhir, orang yang pernah ku dendam waktu SD, sasri, yang akhirnya menolakku mentah-mentah saat ku kirim surat lewat Rajamin. Nasib.. nasib., di waktu kelas 1 SMP aku menjadi salah satu trouble maker, dan beribu hal konyol dan memalukan tlah ku lakukan saat itu. Karena bandelnya, pas kenaikan kelas, aku sampai di masukkan ke kelas 2D, kelas terbobrok.

Awal mula aku brutal adalah karena faktor teman. Waktu itu kami ada 4 orang, triwibowo, ridwan, n romy.,tapi, aku lah yang paling goblok,malas,dan mudah terpengaruh saat itu. Dan selalu jadi yang paling sial di antara kami ber empat.

Dulu kami sering menghabiskan waktu dengan bermain play station di warung sederhana 2. sampai sering di panggil ke kantor guru untuk “diadili” karena bolos untuk main PS. Setiap hari minggu aku selalu pergi bermain PS dengan alasan ke gereja. Ka akui aku memang berdosa, tapi bukan berarti aku tak beriman.. hehe…

Saat paling ku benci adalah ketika pak HT memukul kepalaku dengan rol besar karena bermain-main dengan amitha waktu belajar. Aku sampai di luar kendali pergi pulang selesai di pukul. Dan mainanku,mobil-mobilan kecil yang ku beli dari romy, pernah di sita oleh ibu MT karena ku tunjukkan di kelas.

Dan saat paling menegangkan adalah ketika aku berkelahi dengan richardo. Saat itu aku di suruh Ibu RDS menertibkan kelas. Tapi dia terus rebut, akhirnya kami pun bersitegang di kelas dan melanjutkannya ssepulang sekolah. Tapi sayangnya dia tidak berani. Padahal emosiku sudah menggebu-gebu…

Saat kelas satu SMP adalah saat pertama kali aku di ijinkan membawa mobil oleh ayah, bahkan aku pernah di suruh belajar membawa Truk di samping gudang.

Sekian, habislah masa kelas 1 SMPku, yang selalu dapat ranking 40 dari 43 orang..

Seusai libur panjang, kami memulai hari yang baru lagi, yaitu di kelas 2. saat hari-hari MOS, kami masih gembira ria. Hingga aku jatuh cinta “lagi” pada salah satu anak kelas satu, Rani Tarigan. Tapi aku sadar hanya dalam mimpi aku bisa menggapainya, sebab aku hanya sati dari sekian rakyat jelata di matanya.

Detik-detik penentuan kelas 2 adalah yang paling membuatku trauma. Aku menghadapi penyesalan yang dalam saat itu. Romy masuk kelas 2B, kelas kedua terfavorit, dan dua teman lainnya masuk 2A, kelas unggulan. sedangkan aku harus duduk di kelas yang mengerikan, 2D (kelas terakhir dan ada di dekat gudang). hari pertama aku masuk, aku merasa seperti orang asing. Teman sekelasku terdiri dari berbagai spasies yang aneh, bodoh, nakal, dan sok preman. Aku Cuma punya 3 teman. Junihar, hamdani, dan zulkarnaen. mereka sedikit bodoh, namun orangnya baik dan demokratis.

Hanya beberapa hari aku merasa penderitaanku sudah lengkap, dengan ejekan yang ku dengar dari mulut tak terkunci dari teman di kelas lain.

Saat itulah yang menjadi momen yang berharga dalam hidupku. Aku menjadi sadar, sehingga aku memiliki pikiran untuk membuat reformasi total dalam diriku. aku merasa tak pantas hidup seperti ini, ini bukan diriku yang sebenarnya. Hal pertama yang ku lakukan adalah mencoba untuk giat belajar. Aku selalu membaca buku pelajaran pada pagi hari, kira-kira jam 6 pagi. Dan mulai merobah cara pandang dengan memikirkan banyak hal tentang masa depan, merobah cara berbicara, dan menghormati guru. Semua aku lakukan dengan kerja keras.

Dan ternyata semua usahaku tidak sia-sia. Semua guru mulai menyukaiku, kecuali Pak HT. nilaiku bagus, dan yang paling membuatku puas adalah, aku mendapat rankning 1 saat penerimaan rapor Caw I. Sejak saat itu aku menjadi sosok yang lebih dewasa. Dan keberhasilan yang sedikit itu meyakinkanku bahwa tak ada usaha yang sia-sia.

Tetapi aku masih harus menghadapi teman sekelasku yang iri padaku., aku tidak menghadapinya dengan kekerasan, tetapi dengan taktik, yaitu dengan menghindar dari urusan mereka, dan mengalah jika mereka cari gara-gara. Lengkaplah ke suksesanku.

Di pertengaha Caw 2, aku mendapat teman baru pindahan dari siantar. Yang ternyata adalah teman sekelasku waktu SD, Frans Janwarman. Yang akhirnya jadi sainganku dalam belajar. Namun aku masih kalah dari dia, hingga akhirnya dia memegang juara 1 dan aku juara 2.

Namun yang tak di sangka-sangka, ternyata kami tak hanya saingan dalam belajar, tetapi juga di urusan “love”. Ternyata kami menyukai gadis yang sama, Pristian Juliani Girsang, yang masuk kategori menengah kebawah. Namun dalam hal itu ia kalah, ternyata aku tidak hanya meningkatkan pribadiku dalam pelajaran, tetapi juga dalam urusan cewek-cewekan.. sebab yang menjadi pemenangnya adalah aku..haha… ternyata pristian lebih tertarik pada rayuanku.,

Teman-teman yang dulunya mengejek aku kini tak lagi melakukan hal yang sama. Dan guru-guru sudah mengenalku dan tidak pernah menghukumku walaupun aku bersalah, kecuali pak HT tentunya.

Aku menjadi lebih mandiri sejak abangku, Joy, berangkat ke Medan untuk Bimbingan Intensive. Akhirnya aku harus menggantikan posisinya sebagai “pembantu” ayah. Hampir setiap hari aku di marahi entah karena apa., yang penting selalu makan hati.. sayangnya tak ada the botol sosro di kampung. Aku harus berusaha keras mengerjakan pekerjaan yang selama ini ku anggap mudah, tapi tak seperti yang ku bayangkan. Aku tersiksa sekian lama untuk belajar membiasakan diri bekerja.

Dari dulu memang aku tak kenal akan arti “Manja”. Itu sebabnya sampai saat ini aku benci dengan hal yang berkaitan dengan itu. Dan aku selalu merasa bisa untuk menghadapi segala tantangan. Dan sejak saat itu kedewasaanku menjadi lebih matang. Hingga banyak teman yang mengatakan kalau aku adalah orang yang terlalu cepat untuk dewasa. Sebab temanku di kampung bukan lagi setaraku, melainkan abang bahkan ayah dari temanku.

Dan tak terasa, aku tlah menduduki bangku kelas 3 SMP. Dan seperti yang ku perkirakan, aku masuk kelas 3A. disini aku tak lagi merasa aneh, sebab teman sekelasku adalah kebanyakan teman sekelas waktu kelas 1 di kelas 1A. disini aku sudah mulai terbiasa dengan segalanya. Baik di rumah, aku sudah jarang di marahi, dan di sekolah semua sudah biasa-biasa saja. Apalagi sejak abangku, Joy, yang tak lulus SPMB berangkat kuliah ke nommensen Medan. Tepatnya hari kamis, 12 september 2002.

Hampir tak ada kisah yang cukup menarik selama aku kelas 3 SMP..Karena memang hidupku tak menarik,.hanya semangat yang jatuh ke jurang kekosongan.

Kisah yang cukup ku kenang adalah ketika aku mendapat surat dari seseorang yang sudah ku lupa.. 24 september 2002, tepat sepulang sekolah, aku di tegur oleh seorang teman. Dia bertannya “di mana surat yang semalam?” katanya. “surat yang mana?” tanyaku bingung. Dia membuka tasku, dan mengambil sebuah surat. “ini surat dari pristian, semalam aku memasukkannya ke dalam tasmu, kirain udah kamu baca…” katanya. Aku lalu merebut dari tangannya dan sepulang sekolah aku langsung membacanya.

Ternyata dia masih mengingatku, batinku. Padahal aku tak menganggap dia siapa-siapa lagi. Sebab rasa suka pada hatiku hanya bertahan selama aku masih melihatnya. Aku sudah tidak menganggapnya lagi semenjak 4 bulan terakhir aku melihatnya. Walaupun kami satu sekolah, aku tak pernah bertemu dengannya. Sejak saat itu aku menjadi sering menemuinya, mengantarnya pulang ke asrama. Namun tak bertahan lama. Aku sungguh sulit untuk membangun cinta yang sudah padam. Dan itu menjadi ciri khasku sampai sekarang. Aku lalu membuat keputusan, aku mengatakan kalau aku tak bisa bersamanya lagi.

Sungguh sedih melihatnya menangis, tapi itu demi kebaikannya. Aku tak ingin dia berharap banyak padaku. Dan kami tak pernah bertemu lagi,, sampai tamat SMP..

Kisah lain yang bahagia buatku saat itu adalah saat Re-tret.27 september 2002. Kami Re-tret di naga huta. Selama 3 hari kami menghabiskan waktu dengan berdoa, makan(yang paling di tunggu-tunggu),dan mamiri(makan minum ringan).

Di sana setiap kamar di huni 4 orang siswa, dan tidak boleh ada pria dan wanita dalam 1 kamar. Harus sejenis. Huh….

Sepulang dari sana, kami pun “tobat” untuk sementara. Tetapi menjelang seminggu, kembali seperti “biasanya”. Dan saat paling sedih sepulang retret, adalah ketika esok harinya saat kami kembali sekolah. Pak wali kelas sudah melarang kami untuk pergi jalan-jalan. Namun karena sama-sama keras kepala, kami semua pergi juga. Akhirnya keesokan harinya kami pun kena hukum oleh pak wali, dan itu menjadi suatu kesan menarik dan menyedihkan saat kelas 3 SMPku.

Di akhir semester dua, seminggu sebelum UAN, kami mengadakan study tour ke samosir. Di perjalanan semua terasa menyenangkan. Apalagi saat itu sepanjang perjalanan aku melirik seorang gadis kelas 1 yang ikut study tour bersama kami. Aku tak tau namanya, tapi aku menikmati kecantikannya selama di parjalanan, sebab bangku duduk kami tepat bersampingan. Itu menjadi saat pertamaku menaiki kapal. Sebab menuju samosir kami menaiki kapal yang lumayan besar untuk menyeberang. Aku cukup menikmati perjalanan yang amat menyenangkan itu.

Beberapa bulan kemudian,Yang berarti buatku saat itu hanya hadirnya sosok gadis yang menjadi cinta sekejap buatku. Dia adalah gadis dari tanjung beringin yang datang ke rumahku untuk bekerja, karena mereka lagi libur, usianya masih 1 tahun di bawah usiaku. Dialah gadis pertama yang menerima ciuman dariku. Namanya Melly. Dia orangnya memang cantik dan cukup pintar, sayangnya dia dari keluarga miskin. Tapi itu tak jadi ukuran buatku. Pertama aku berbicara dengannya adalah ketika temannya bercanda, soalnya mereka sudah tau bahwa aku suka sama Melly. Akhirnya permulaan itu berbuntut panjang, meski hany sekitar 3 minggu.

Hampir tiap malam aku datang ke rumah kost sementara mereka, dekat rumah rilson. Aku juga tak menyangka aku berani memberikan ciuman di keningnya saat aku mau pulang kerumah, kira-kira jam 11 malam, seusai kami ngobrol.

Tapi kisah kami hanya sesaat, sebab liburan tlah usai dan dia harus pulang ke kampung halamannya. Saat terakhir kami, kami habiskan dengan berduaan kemana-mana, dan waktu dia mau pulang, pas di perumahan kami yang kosong, aku memeluknya dan memberi dia kecupan untuk terakhir kali. Itu saat terakhir yang sangat menyedihkan bagiku.

Tak terasa lagi, habis sudah masa SMP ku, dan aku bersiap untuk menjalani masa yang “katanya” masa paling indah, SMA. Saat itu usaha Ayah sudah sangat berkembang. Bahkan dapat mencapai target pengiriman kentang dan kol ke jawa sekitar 38ton perminggu. Sungguh aku semakin kagum melihat Ayah. Dia memang tokoh utama yang harus kutiru dalam hidupku, dan jadi panutan dalam menghadapi segala hal. Semakin aku melihat perjuangannya, sikapnya, semakin aku mendapatkan hal berharga, kemampuan yang dimiliki olehnya, dan tentu juga olehku.

“Thanks God., You give me a great Father, who could I follow up to Your road, a good Mother who gives me Your Love”