17 Okt 2010

part 4

Ku sambut masa SMA ku..



Pasfoto masuk SMA. 2003. Umur : 16 tahun.

Di pertengahan bulan juli tahun 2003, Saat itu aku merasa aneh dengan penampilanku. Celanaku kuncup, bajuku kecil, dan sepatuku cocoknya di pakai oleh dosen. Tapi tetap aja, penampilan tiada berarti bagiku. Saat pertama aku ke sekolah, SMA SW CR DUYNHOVEN Saribudolok, aku dan kak roy di antar oleh bang joy ke sekolah. Orang pertama yang ku lihat adalah si muslim purba, dan setelah menunggu 10 menit, menyusul teman konyolku, Romy Comando., tak banyak yang ku kenal saat itu. Tetap, aku merasa jadi orang asing di antara puluhan spesies tak jelas!

Namun, permulaan inilah yang akhirnya melahirkan cerita yang tak pernah ku bayangkan sebelumnya. Saat pertama berbaris, aku melirik-lirik ke kiri & kanan, siapa tahu ada cewek cantik. Dan ternyata mataku tertuju pada sesosok gadis, wajahnya putih mulus, rambut lurus sampai punggung, agak tinggi dengan sepatu agak nyentrik, dan lain dari yang lain. Pasti dari kota, pikirku. Ternyata dugaanku tepat, setelah beberapa jam, aku mengetahui dari perbincangan teman, dia dari Jakarta.

Aku tak pernah menduga akan bertemu dengan spesies seperti ini, pikirku. Dialah yang membuatku terjerat dalam pribadi yang sempit yang seakan membatasi pikiranku. Dan membunuh ciri khas ku yang sekian lama ku bangun pada diriku. [lebay]

Dan yang paling aneh buatku, sepertinya setelah aku kenal dirinya, dia menjadi salah satu tokoh yang selalu muncul dalam cerita hidupku.tak pernah ku duga.. ternyata hidup penuh dengan ke ajaiban…..

Hari pertama sekolah saat itu tak mengundang perhatian dariku untuknya, begitu juga dia. Aku hanya kagum, dia menjadi satu-satunya yang di perhatikan saat itu. Mungkin karena dia dari Jakarta, atau cantik., entahlah.. ku akui aku suka padanya, tapi hanya sekedar, karena ku tau siapa diriku, dan memang aku tak berniat memilikinya, karena menurutku itu mustahil.

Anak baru yang pertama ku kenal adalah shanro, yang menjadi teman akrabku selama kelas satu. Aku mengenalnya ketika kami sedang kebingungan mencari kelompok kami yang sudah di tentukan di hari pertama. Dan kami bertiga, aku, romy, dan shanro, menjadi teman yang akrab. Kemana-mana kami selalu bertiga. Ke kantin, yang hanya ada mie “asal-asalan” dan tahu isi. Namun tetap laris, yang pasti karena faktor monopoli. Hampir setiap hari selama 3 tahun kami menikmati “apa adanya” kantin tercinta itu.

Hari ke dua, dia masih tetap jadi pusat perhatian bagi teman-teman, dan akhirnya ku ketahui namanya Anna Maria.dia boru Purba tondang,ternyata paribanku. Kekaguman temanku kepadanya membuatku jadi benci dan tidak mau setiap kali temanku mengajak gabung dengan mereka (Anna Maria-red) mungkin aku minder, terlalu menyukainya, ato apalah,, yang penting aku tak berniat dekat dengannya, meski aku masih sedikit suka padanya. (sedikit…?!)

Di hari keempat, saat pembagian kelas, kami di bagi menjadi dua kelas. Kebetulan anna saat itu satu kelas denganku. Sewaktu pengenalan diri, menjadi saat pertama untukku mendengar suaranya dengan jelas, mirip desingan peluru nyasar di telingaku, dan semua lelaki di kelas itu seakan berfokus untuk mendengarnya. Apalagi jonathan yang meminta untuk menguatkan suaranya. Sedikit cemburu saat itu melihat dia memberi senyuman pada beberapa orang.

Di hari kelima, kelas kami kembali di bagi menjadi 3 kelas. Sebab terlalu banyak siswa dalam satu kelas. Dan aku masuk ke kelas 1-1. dan masih saja satukelas dengan “manusia aneh” itu.

Beberapa minggu aku melewati hari-hari,. Tetap tak ada sesuatu hal yang membuat aku mengenal dia. Saat itu aku bingung, memang benar, aku begitu menyukai dia. Tapi di hati terdalamku, tersimpan perasaan takut, kesal, benci, dan selalu ingin mengatakan”aku tak suka padanya”. Sering aku gelisah, cemburu, itu semua menyiksa diriku sendiri.

Hampir setengah pria di sekolah yang menaruh perhatiam padanya. Akhirnya ku manfaatkan keangkuhanku, dengan memaksa batin untuk bersifat tinggi hati. Aku bisa mengatakan aku benci dia, aku tak ingin tau tentang dia, walau ku pahami, semua itu sesungguhnya hanya membuatku bertambah tersesat.

Aku yakin, saat itu ia tak menaruh perhatian padaku. Karena aku memang bukan siapa-siapa di hadapannya. Hanya satu dari sekian orang kampung yang tak perlu diperhatikan. Tak ada yang tau perasaanku, termasuk diriku sendiri. Aku hampir tak bisa pastikan apa aku menyukainya atau tidak. Akhirnya, setelah sebulan aku menjalani masa SMA, aku memutuskan untuk tidak memikirkannya lagi. Aku berhasil, hingga menjelang 17 agustus 2003, aku bisa menganggapnya sebagai rakyat jelata seperti yang lainnya.

Tapi meskipun begitu, bukan berarti aku telah berhasil menjauhkan dia dari perhatianku. Aku tetap merasa cemburu bila dia bersama orang lain. Dan sesekali secara tak sadar aku sudah cari perhatian di hadapannya.


Dan bisa ku pastikan, aku benar-benar menyukainya…..

Suatu hari sepulang sekolah tanpa sengaja aku berjalan pulang bersama “rombongan” mereka, biasanya rajamin, eva, cipta, dan maria ulifa. Sesampai di grosir melysa, kami berhenti sejenak. Lalu dia meminta ijin pada kawan-kawannya untuk pulang lebih dahulu, lalu teman-temannya protes dan bertanya, “temanmu pulang siapa?” dia lalu menanyaku lalu tanpa banyak bicara lalu beranjak pergi meninggalkan yang lain. Saat itu menjadi saat yang janggal bagiku, sekaligus saat yang aneh, ntah mengapa aku bisa berjalan di sampingnya. Untuk menghilangkan perasaan gugupku, aku bertanya berapa mereka bersaudara, boru apa ibunya, kenapa dia sekolah jauh-jauh ke saribudolok. Dan itu menjadi topik pembicaraan singkat yang menjijikkan, sebab tak terasa kami sudah sampai di simpang empat, dan aku langsung naik ke atas mobil menuju kampungku.

Tak henti-hentinya aku brkhayal serta heran kenapa saat seperti tadi bisa terjadi. Tapi aku tau, hanya aku yang merasakan hal itu.. selalu begitu..

Akhirnya kecemburuanku mencapai titik sukses. Tepat 17 agustus 2003, selesai pawai aku melihat dia bersama Athan. Dia siswa kelas 3, ketua OSIS tepatnya. Aku melihatnya di lantai dua SMP Bunda Mulia, tepatnya di depan kelasku waktu kelas 3 SMP dulu. Waktu itu kami lagi bermain di lapangan SMP itu bersama romy dan 1 teman lain. Aku tak bisa berkata apa-apa. Aku hanya merasa seperti keledai terbodoh, mengapa aku sampai cemburu begini? Tanyaku dalam hati. Aku semakin tarsiksa dengan kacaunya pikiranku. Aku tak tau harus berbuat apa. Rasanya aku memang bodoh, hanya bisa cemburu, dan tak punya nyali, serta tak tau diri. Dia memang cantik, istimewa, dll akhirnya ku akui juga.,,, untuk menenangkan pikiranku, ku minta sisa rokok dari temanku Tuah, dan mulailah lagi kenakalan mendekatiku..

Setelah ku kuatkan hati, untuk ke2 kalinya aku memperkuat keangkuhanku. Aku akhirnya menganggap dia hanya mengganggu pikiranku, dan tak seharusnya kubiarkan dia merasuki jiwaku. Sebab hanya aku yang merasa seperti itu, bahkan mungkin saat itu dia tidak mengenalku sama sekali.

Berminggu-minggu lamanya, aku menahan perih, ternyata dia tak juga beranjak dari pikiranku. Ku tersiksa dengan melihat dia bersama kekasih mendadaknya itu. Ku coba kuatkan hati, bahwa aku hanya membuang-buang waktu memikirkannya.

Saat pertama suaranya memanggil namaku adalah saat pelajaran geografi. Saat itu kami belajar di luar. Tiba-tiba dia memanggil namaku dari tempat mereka berkumpul bersama beberapa temannya. Jantungku langsung tak karuan, dan dia berkata “pinjam min, kacamatamu”.. aku kecewa dengan kata itu. Dengan berjalan santai aku pun menghampirinya, tak berani melihat wajahnya. Dengan sedikit melihat matanya, aku menjulurkan tangan memberi kacamataku, dengan gugup tentunya.

Saat pertama itu membuatku terus berkhayal, dan hampir saja ia masuk dalam mimpiku. Itu menjadi saat pertama yang menentukan. Aku mulai berani berbicara padanya. Aku selalu mendekati teman dekatnya, eva. Siapa tau dengan berbicara dengan eva, anna yang selalu di sampingnya melihat aku. Walau sekedar melihatku..

Tak bisa ku beri alasan mengapa aku selalu ingin di perhatikannya. Bahkan aku sering membuatnya benci padaku, kesal, dll,, smua ku lakukan karena aku benar-benar tak tau apa yang seharusnya ku lakukan. Bahkan aku pernah memberi kadal yang tlah wafat padanya hingga ia menjerit histeris.

Beberapa bulan tlah berlalu. Aku mulai dekat dengan semua teman-teman. Bahkan mereka mencap aku suka pada anna. Namun aku terus menjawab “tidaaak!!!” walau ku sadari, munafik itu tak baik.

Berbagai usaha dan strategi selalu ku usahakan untuk menarik perhatiannya. Kebanyakan adalah usaha negatif yang relatif gagal.

Aku mulai terbiasa dengannya. Bahkan tanpa ku sadari, rasa suka ku padanya berangsur-angsur tlah hilang. Aku mmulai menganggapnya sebagai sahabat. Tapi aku tetap tak bisa menebak isi hatinya, sebab yang ku tau, dia punya pacar dan banyak yang mengaguminya, semua jauh lebih dari diriku..

Di pertengahan kelas satu, kami mendapat tugas mencari nama-nama tumbuhan beserta nama latinnya dan diketik lewat komputer. Aku harus ke medan untuk mengerjakannya. Aku pergi hanya tiga hari. Kami berangkat dari saribudolok bersama bang joy, tetangga kami ando, dan salom. Di sepanjang jalan menuju ke medan, aku terus disiksa mual. Setelah mangalami penderitaan yang luar biasa menyebalkan, sampailah kami di stasiun sinar sepadan. Aku kagum saat itu, karena selama ini aku belum pernah melihat lampu-lampu di sepanjang jalan, mobil yang banyak, dll.. terutama lampu yang berbentuk kembang api menyala, yang ada di simpang pos.

Bahkan sampai sekarang aku masih sering pergi ke tempatku pertama kali menginjakkan kaki di kota medan,di stasiun sinar sepadan dekat simpang pos. jika sedang banyak pikiran, kira-kira jam 9 malam, aku duduk di sana untuk merenung, dan mencari kedamaian hati.

Setelah duduk sejenak, kami naik angot menuju rumah kontrakan bang joy. Setelah sampai di simpang menuju rumahnya, kami pun turun dan melanjutkan perjalanan dengan menaiki becak dayung. Kami terlebih dahulu membeli sabun mandi dan berjalan kira-kira 30 meter, lalu sampailah ke rumah bang joy, yang akhirnya ku ketahui lokasinya di pasar 1, jln berdikari no.26B.

Saat itu jam sudah menunjukkan pukul 21.oo WIB. Kami makan malam dan tiba-tiba datang dua orang gadis, yang langsung kenalan denganku yang tak lain adalah pacar bang joy, ka’ Irene dan pacar bang salom.

Tiga hari partama di medan membuatku menderita. Sebab aku mengalami sakit perut yang luar biasa sakit. Aku kebanyakan menghabiskan waktu dengan tidur. Dan sering muntah. Mungkin karena belum pernah hidup di udara panas dan menyesakkan seperi medan. Sewaktu bang joy kuliah, aku hanya bermain dengan adikku, jerico, anak dari bapa udaku, yang rumahnya tepat di samping rumah kontrakan bang joy.

Hari ke tiga, bang joy harus pulang. Karena mereka libur selama 4 hari. Tinggallah aku bersama bang togen di rumah itu. Aku menghabiskan waktu dengan menyelesaikan tugasku, dan mendengar musik. Lagu yang selalu ku dengar adalah lagu dari peterpan, yang terdalam. Sebab isinya persis seperti yang ku alami. Dan bila aku mendengar lagu itu, yang ku ingat adalah “dia” lagi..

Hari keempat, malam harinya aku di ajak oleh bapa uda ku makan pizza, itu menjadi saat pertama dalam hidupku aku makan pizza. Dan kami jalan-jalan bertiga bersama jerico dan bapa uda ke taman, tepatnya ke tugu bank mandiri, aku benar-benar terkagum melihat lampu-lampu kota dan taman yang indah itu.

Namun di hari ke empat aku harus mengakhiri jalan-jalanku dan membatalkan janji dengan bapa uda ku untuk menonton pertandingan bola ke stadion teladan. Aku haru pulang. Karena kakek, orang tua dari ibu, meninggal. Jadi habis sudah liburan singkatku..

Dan aku di antar ke stasiun oleh tetangga atas permintaan inang uda jerico karena bapa uda sedang kerja. Dan pulang ke saribudolok. Dan setelah beberapa hari, aku kembali sekolah. Namun tak berapa lama, kami libur kembali, tepatnya libur idul fitri. Saat kembali masuk sekolah setela libur selama lebih 2 minggu,, saat itulah kami melakukan petualangan paling mengerikan bersama romy.

Kami memang sering melakukan petualangan nekat, tapi ini keterlaluan. Salah satu petualangan kami yang tak akan kami lupakan..

Saat itu kami cepat pulang dari sekolah, kira-kira jam 08.30 WIB berhubung karena guru-guru ada acara tahun baru. Tanpa ada rencana kami pun langsung berangkat ke terjun. Namun, kira-kira 1 kilometer lewat situnggaling, kami tertarik untuk naik ke gunung sipiso-piso, awalnya cuma becanda, namun jiwa petualang kami kumat lagi. Tanpa pikir panjang, kami pun langsung menancapkan gas sepeda motorku dan melewari jalan yang mendaki, rusak dan sudah di tumbuhi tumbuhan liar itu. Awalnya kami hanya berencana setengah jalan. Namun, karena merasa kurang puas, kami melanjutkannya.

Akhirnya setelah berjuang keras, kami pun sampai di puncak gunung sipiso-piso. kami hanya melihat dua buah gubuk dari beton yang sudah ringsek dan beberapa bekas pembakaran api unggun. Namun tempat itu agak mengerikan, mungkin karena sepi. Sungguh indah pemandangan dari sana. Setengah dari danau toba dapat di lihat, dan daratan yang begitu luas, tak terlukiskan dengan kata-kata.

Setelah puas memandangi keindahan danau toba, kami pun turun lagi ke bawah, dan melanjutkan perjalanan menuju terjun. Untuk naik dan turun gunung sipiso-piso kami hanya membutuhkan waktu 1,5 jam. Setelah membayar tiket masuk ke terjun, barulah kami sadar bahwa uang kami tinggal 3 ribu rupiah. Sungguh nekat..

Namun keterbatasan uang tidak membatasi niat kami untuk melanjutkan perjalanan. Kami berniat lagi untuk pergi ke tempat aku bersama keluarga pergi jalan-jalan dulu waktu kelas 2 SMP. Proyek PLTA silalahi. Kami pun segera memulai perjalanan nekat-nekatan sekaligus gila-gilaan itu. Kami memulai dengan turun ke tongging. Jam baru menunjukkan pukul 10.14 WIB. Dan setelah sampai di tongging, kami pun langsung melanjutkan perjalanan ke silalahi. Sekitar 2 jam di perjalanan, aku merasa ragu dengan tujuan yang tak kunjung sampai tsb. Namun karena niat romy sangat kuat untuk mencapai tujuan, akhirnya perjalanan terus berlanjut. Dengan modal 3 ribu rupiah, kami terus melaju di jalanan yang berbatu, pasir, becek, jembatan yang hanya beralaskan dua buah papan, dan melewati jurang-jurang menyeramkan.

2,5 jam berlalu, kami di kejutkan oleh sosok manusia berbadan besar berdiri di pinggir jalan. Tanpa melihat ke samping, aku menancapkan gas sepeda motorku sampai melayang-layang di jalanan yang berbatu-batu tersebut. Aku kira cuma aku yang takut, ternyata romy lebih takut bahkan dia sampai pucat karena manusia besar berbaju hitam bertopi penyihir di pinggir jalan tadi. Dengan jantung tak menentu kami pun melanjutkan perjalanan lagi.

Setelah 3 jam perjalanan, kami pun sampai di tujuan. Tak lama kemudian kami memutuskan untuk pulang. Namun kami masih takut bilamana orang yang tadi masih di sana menunggu kami. Kami pun bertanya pada orang yang lewat dari mana jalan menuju merek tanpa melewati tongging. Sebab waktu kami jalan-jalan waktu SMP dulu, kami melewati jalan yang langsung ke merek dan tidak melewati tongging. Namu ornag yang kami Tanya tidak tau jalan lain selain melewati tongging. Tak ada jalan lain… kami pun melanjutkan perjalanan sambil terus-menerus berdoa dalam hati. Tangan gemetar, bensin hampir habis, rasa takut bercampur lapar merajai. Lebih cepat dari yang di duga, kami pun sampai di tempat yang tadi. Kami masih melihat orang itu, berdiri sambil menatap kami seraya mengangkat-angkat tangannya.

Dengan jantung tak menentu, sambil terus berdoa, ku tancapkan gas sampai habis, seperti terbang, kami pun melewati orang tadi dan romy hanya tertawa terbahak-bahak. Ternyata orang yang tadi adalah orang gila yang terus menerus menatapi danau toba sambil mengangkat-angkat tangannya, dan bajunya terlihat besar karena penuh dengan rumput rumputan yang di masukkan dalam bajunya. Kami hanya merasa lebih bodoh dari keledai…..

Jam menunjukkan hampir setengah 2. dan kami masih dalam perjalanan pulang. Pas di silalahi, sepeda motorku mogok. Walau di coba beberapa kali di stater, tetap tak mau hidup. Kami semakin gugup. Uang tinggal 3 ribu perak..

Sambil berdoa kami pun menunggu dengan perasaan tak menentu. Setelah kira-kira 10 menit, kami mencoba lagi, dan syukur pada Tuhan, akhirnya menyala juga. Kira-kira jam 3, kami pun sampai di saribudolok. Lebih cepat 1 jam di banding perjalanan menuju ke sana. Sampai di rumah aku hanya kagum mengingat keberanian dan kenekatan kami, tapi aku tau betul, Tuhan lah yang menjaga kami waktu itu. Dan perjalanan itu merupakan perjalanan yang takkan ku ulangi untuk ke dua kalinya..

Di akhir bulan desember, sekolah kami mengadakan pesta syukuran Natal dan Tahun baru. Pagi-pagi sekali aku sudah sampai di sekolah karena aku punya tugas dalam acara masak-memasak. Saat itu aku benar-benar tak bisa menguasai situasi. Aku melihatnya lagi.. tapi, ia memakai warna kesukaanku, baju hitam, celana hitam, aku tak bisa apa-apa. Saat itu aku benar-benar menyukainya. Hamper setiap saat aku meliriknya tanpa ia ketahui. Tibalah saat tengah acara, kami prig ke rumah henra untuk persiapan. Soalnya kami udah berencana akan pergi ke terjun. Tapi ternyata sepeda motorku rusak.. jari-jari lingkarnya longgar. Mungkin karena perjalanan minggu lalu bersama romy ke silalahi. Terpaksa harus di tinggal di bengkel untuk beberapa saat, pupuslah rencanaku jalan-jalan saat itu.

Akhirnya aku dan temanku, shanro, mengantar sepeda motorku ke bengkel dan langsung kembali ke sekolah naik becak. Setelah beberapa saat kami menonton acara syukuran, tibalah saat kelas kami, 1-1 yang tampil. Aku melihat saat itu beberapa teman menari ntah apa dan bagaimana gerak mereka aku tak terlalu perhatikan, sebab mataku dan pikiranku hanya tertuju pada “dia” lagi.sungguh kagum aku melihatnya. Aku baru tau, ternyata dia punya banyak kemampuan, dia pintar, cantik, enerjik, serta aktif. Tak biasanya wanita secantik dia punya kemampuan sehebat itu, tapi mungkin saja dia sendiri tak tau apa yang di milikinya itu.

Beberapa saat lagi setelah acara itu, tiba-tiba aku mendengar suara memanggilku,, penuh harap aku menoleh ke belakang, ternyata…. Ah, sial… ternyata hanya si eva,, katanya dia ingin pergi jalan-jalan berdua denganku.. dengan santainya aku menolak dengan alasan sepeda motorku rusak. Dia pergi tanpa sepatah kata apapun setelah lelah membujukku yang hanya cuek. Dan beberapa menit kemudian, aku mendengar namaku di panggil lagi. Aku benar-benar yakin saat menoleh ke belakang, dan tepat, yang memanggilku adalah “dia”, juga mengajakku jalan-jalan.. betapa senang hatiku saat itu.. tapi,, dengan pasrah tapi tak rela bercampur rasa sial, aku menolaknya juga,, hebat.. pikirku.. ternyata aku sanggup juga menolaknya. Tapi.. semua bukan karena keinginanku.. Cuma karena sepeda motorku rusak.. ingin rasanya aku berteriak saat itu.. dia juga pergi tanpa berkata apa-apa.. aku kecewa.. kecewa.. betul-betul kecewa..

Akhirnya kira-kira jam 3, kami menjemput sepeda motorku, dan pergi bersama sanro, romy, dan julianson ke terjun. Sepulang dari sana aku melewati mereka di depan grosir melysa, sedang berjalan pulang bersama teman-temannya. Mereka menyindirku, termasuk eva dan anna yang permintaannya ku tolak tadi siang, aku hannya tersenyum dan dalam hati merasa bangga, “hebat juga aku bisa menolak permintaannya…” pikirku.. esoknya kami kembali sekolah, dan tak ada komunikasi sama sekali di antara kami. Menjelang penerimaan rapor, aku dan romy di pilih sebagai wakil sekolah untuk mengikuti seminar kenegaraan di Resort Militer P.Siantar. Karena itu, kami tidak ikut dalam acara kegiatan OSIS dan penerimaan rapor.

Kami mengikuti seminar tsb selama tiga hari, namun serasa 1 abad.. sebab acaranya begitu membosankan, dan di hari ke dua aku hampir saja pingsan di barisan. Kami tidur dengan memakai tempat tidur ala tentara, sejenis tempat tidur namun beralaskan kain tenda, dan tas yang menjadi bantal kami waktu itu. Cukup menyengsarakan, namun menjadi 1 pengalaman yang menambah wawasan dan pengetahuan, hidup ala tentara, sampai mati aku tak akan mau jadi tentara..

Sesampai di rumah, aku langsung melihat nilai raportku. Aku tak tau siapa juara dari kelas kami karena acara menjijikkan itu. Nilaiku juga.. ah.. ga usah di bilang la.. malu.

Aku pun memulai liburan natal & tahun baru. Seperti biasa, aku hanya menghabiskan liburanku dengan membantu ortu di gudang, dan ke ladang. Di tahun baru jiarah, pergi ke raya seperti biasa, ke rumah oppung. Hingga kembali sekolah lagi.

Hari pertama aku kembali ke sekolah, kami pun bersalaman untuk mengucapkan selamat Tahun Baru. Lagi-lagi tak ada hal yang menarik di antara kami. Begitulah seterusnya., Hari-hari pun berlalu,, banyak pula kisah yang berlalu bagaikan angin di antara kami. Tak ada yang istimewa, mengalir dan tidak menyisakan jejak. Berkali-kali aku menyesali, dan selalu tersiksa menahan rasa itu sendiri.

Selalu berharap dia tau, tak setitikpun keberanian merekat pada diriku. Kadang aku tak cukup kuat untuk menanggung perasaan yang tak bertepi ini. Keangkuhanku hanya membuatku kecewa. Tak ada yang tau seberapa dalam aku mencintainya, seberapa besar niatku untuk memilikinya. Tak ada artinya aku menghindar dari perasaan itu, aku benar-benar tak berdaya saat itu.. Selalu ku coba untuk membohongi hatiku, namun semua percuma. Rasa itu semakin tumbuh dan tak henti-hentinya aku memikirkannya..

Hingga suatu malam aku memimpikannya, dalam mimpiku dia memelukku sambil menangis dan kami saling mengungkapkan rasa cinta kami. Sejenak aku terbangun, setelah ku sadari itu hanya mimpi, aku menangis.. tak ku sangka,, itu menjadi saat prtama dalam hidupku aku menangis karena seorang wanita yang tidak menganggapku apa-apa.. betapa tertekan perasaanku saat itu. Aku tak bisa melawan perasaanku sendiri..

Ku yakinkan diriku, bahwa aku akan terbiasa dengan ini semua, dan rasa ini akan menghilang terhapus waktu. Berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan aku tertahan dalam sesaknya kepedihanku. Akhirnya rasa itu berangsur-angsur berkurang, namun jejak-jejak cintaku tak kan pernah hilang, aku tetap menyukainya tanpa ia tahu..

Di akhir semester 2, hanya temanku, romy yang tau bahwa aku menyukainya. Dia mencoba memberitahukannya pada anna namun dia malah di cuekin..

Akhirnya kami menjalani liburan kenaikan kelas. Aku hanya menghabiskan liburanku dengan membantu orangtuaku ke ladang. Aku tak menghiraukan nilaiku yang anjlok abis. Saat itu aku benar-benar kehilangan arah.. namun seperti biasa, aku tetap mencoba untuk membangun dan terus membangun pribadiku berharap aku menjadi diriku sendiri lagi. Dan prinsip demi prinsip ku coba ku tanamkan pada diriku, walalu kadang terlalu berlebihan, sebab kebanyakan prinsipku bersifat merendahkan dan melecehkan orang lain. Tapi biarlah, itu demi keyakinanku bahwa aku pasti lebih dari segala kekurangan teman-temanku. Bahwa aku tak bisa di rendahkan dan aku bisa kembali pada diriku lagi.