8 Des 2010

fakta dan sejarah NATAL

Natal masih meninggalkan masalah karena fakta sejarahnya diragukan kalangan tertentu, ada yang mengatakan bahwa data Natal pada Matius dan Lukas beda, dan data Lukas itu tidak sesuai dengan data Josephus tentang kapan terjadinya sensus, pada zaman raja Herodes (Matius 2) atau zaman gubernur Kirenius? (Lukas 2:2). Masalah kontroversi data sejarah ini timbul dan menghadirkan dua kutub berseberangan, yaitu teolog fundamentalis, yang menganggap Alkitab tidak bisa salah setiap kata-katanya (inerrancy) sehingga data Lukas benar dan Josephus salah, dan sebaliknya teolog modern (liberal) menganggap data Josephus benar dan Lukas salah.

-

Teologi modern/liberal pada dasarnya terpengaruh rasionalisme menolak kemungkinan segala sesuatu yang bersifat supra-natural termasuk kelahiran Yesus. John Dominic Crossan sendiri, pencetus ‘Jesus Seminar’ menulis bahwa “Sensus Kirenius terjadi pada tahun 6-7M sekitar satu dasawarsa setelah kelahiran Yesus dan kebiasaan Romawi melakukan sensus ditempat tinggal atau pekerjaan dan bukan di tempat asal atau kelahiran” (The Historical Jesus, h.371-372). Dari perbedaan ini kemudian dianggap bahwa karena Josephus seorang sejarawan maka pasti benar sedangkan Lukas tentu mengarang cerita iman menjadi dongeng Natal.

-

Kita dapat melihat kontroversi fundamentalisme vs modern/liberalisme yang keduanya terperangkap ketidak bersalahan di pihaknya masing-masing (innerancy), di satu pihak fundamentalisme menganggap data Lukas tidak bisa salah (inerrant) sehingga data Josephus salah, sebaliknya pihak modern/liberalisme menganggap data Josephus tidak bisa salah (inerrant) maka data Lukas salah. Di sini kita sebenarnya menghadapi 3 kebenaran, yaitu: (1) kebenaran kejadian sensusnya sendiri; (2) kebenaran sensus menurut Lukas; dan (3) kebenaran sensus menurut Josephus. (2) & (3) masing-masing punya kebenaran dan keterbatasan.

-

Menurut data Lukas, yang tidak beda dengan Matius, adalah bahwa Natal terjadi pada zaman raja Herodes (Mat.2;Luk.1:5), namun dalam Luk.2:1-2 disebutkan bahwa pada waktu itu Kaisar Agustus memberi perintah untuk melakukan sensus pertama kali sewaktu Kirenius menjadi walinegeri di Siria. Herodes meninggal tahun 4sM, maka karena Natal terjadi sebelum ia meninggal diperkirakan terjadinya sebelum tahun itu.

-

Menurut Josephus, yang lahir sesudah Yesus naik ke surga (37M), dalam kitabnya yang terkenal ‘Antiquitas Judaica’ (XVII.xiii.5; XVIII.i.1) dikatakan bahwa sensus terjadi pada masa Kirenius memerintah di Siria setelah Archelaus anak Herodes meninggal (6M) jadi sekitar tahun 6-7M. Agaknya kurang tetap kalau mengatakan Alkitab bukan buku sejarah sedangkan buku Josephus buku sejarah yang benar, padahal kita tahu bahwa sekalipun data Alkitab memiliki keterbatasan, Josephus juga bukanlah alat rekam sejarah yang akurat.

-

Penulis sejarah tidak pernah bisa obyektif sepenuhnya, tulisannya tetap mengandung subyektivitas tergantung apa pandangannya. Joseph ben Matthias adalah yahudi farisi yang dekat dengan penguasa Roma, dan karena meramalkan bahwa Vespasius akan naik tahta menggantikan Nero, ketika diadili Nero, ia dibela Vespasius kemudian oleh anaknya Titus (yang menyerbu Yerusalem) dan Domitian (yang memenjarakan Yohanes), itulah sebabnya ia mengganti nama mengikuti nama keluarga Vespasius menjadi ‘Flavius Josephus’ dan tinggal di Roma.

-

Tulisan Josephus sendiri tidak bisa dibilang akurat, soalnya ada distorsi politik dalam karyanya. Bukunya tentang perang Yahudi (Belum Judaicum) dicerca orang Yahudi dan dianggap sebagai penghianat bangsa sendiri karena menutupi kebenaran yahudi dan membela penjajah. Ensiklopedia Britannicca menyebut ia tidak lepas dari kelemahan penulisan sejarah kuno: “As a historian, Josephus shares the faults of most ancient writers; his analyses are superficial, his chronology faulty, his facts exaggerated, his speeches contrived. He is especially tendensius when his own reputation is at stake.” Juga disebutkan bahwa tulisannya mengenai sejarah Yahudi mengabaikan para nabi dan biasa membumbui cerita Kitab Suci. Ensiklopedia Encarta juga menyebut tulisan Josephus bersifat ambigu dan tulisannya mengandung konflik.

-

Sekalipun memiliki kekurangan demikian dan bungkam mengenai Natal tidak dapat disangkal karyanya mencakup kebenaran sejarah. Demikian juga Lukas, di balik keterbatasannya, bukunya adalah buku sejarah pula karena banyak menulis mengenai kejadian-kejadian di zamannya. Sekalipun Josephus tidak berpihak Kristen ia juga menulis bahwa Yesus adalah tokoh sejarah yang dijuluki Kristus (buku XX) dan menyebut ke’Tuhan’an Yesus (buku XVIII, yang terakhir ini dianggap sebagian orang sebagai tambahan penerjemah yang Kristen). Jadi data Yesus yang bersejarah diakui oleh Josephus bahkan sebagai Kristus. Kita harus menyadari bahwa baik Lukas maupun Josephus keduanya menulis juga peristiwa yang terjadi masa lalu yang bukan pengamatan mata sendiri (seperti peristiwa Natal & sensus) bahkan sebelum kelahiran mereka.

-

Lalu bagaimana kita melihat data sejarah Sensus dari keterbatasan dan kebenaran kedua buku sejarah itu? Lukas menyebut bahwa setidaknya terjadi dua kali sensus, yaitu yang disebutnya ‘pendaftaran yang pertama kali’ (Luk.2:2, apografee protee) pada waktu Natal dan dilakukan lagi pada waktu Kirenius (6-7M, Kis.5:37, apografee). Lalu mengapa Natal disebut Lukas pada zaman Kirenius (Quirinius)? Ensilklopedia Britannica menyebut ada inskripsi di Museum Lateran yang menyebutkan ada gubernur yang duakali berkuasa di Siria dan sekitar tahun 8sM pernah dilakukan sensus juga, ini menunjuk Quirinius. ‘Interpreter’s Dictionary of the Bible’ menyebut inskripsi itu Lapis Tiburtinus (CIL, XIV.3613), dan The New Bible Dictionary menulis bahwa Tertulianus menyebut adanya sensus sekitar 8-6sM (Adv.Marcion.IV.19. Intepreter’s: 9-6sM).

-

Kaisar Agustus menghadapi negara yang rusak akibat kediktatoran Julius Caesar yang digantikannya, ia lalu menata administrasi negaranya termasuk sistem perpajakan dan meluaskan negara jajahan Romawi, dan sekalipun ia memberi otonomi kepada negara-negara jajahannya yang kemudian disebutnya propinsi, dalam hal tertentu termasuk sensus masih dilakukan sentralisasi (Merril S. Tenney, Survey Perjanjian Baru, h.6). Lalu bagaimana dengan kesimpulan Crossan tentang tidak lazimnya sensus dilakukan di tempat asal atau kelahiran? Interpreter’s Dictionary menyebutkan bahwa: “evidence exists that a return to one’s native residence for purpose of tax enrollment was required in a limited area (Pap.London 904, vol.III,p.124).

-

Dari data-data di atas kita dapat melihat bahwa sekalipun Alkitab tidak khusus ditulis sebagai buku sejarah (sesuai kriteria catatan sejarah masakini), di balik keterbatasannya, data-datanya menunjukkan kejadian-kejadian sejarah yang sejalan dengan para penulis sejarah di zamannya seperti karya Josephus. Karena itu kita boleh bersyukur bahwa Alkitab tetap dapat diandalkan, namun dengan catatan bahwa kita harus tetap terbuka akan penyelidikan dan tidak lari pada kutub fundamentalisme yang mengunci Alkitab di balik doktrin ‘inerrancy’ atau modern/liberalisme yang mengunci diri dalam kepongahan rasionalisme.